Badung, Bali--Indonesia dan Swiss menggelar “The 4th Tripartite Dialogue on Labour and Employment” sebagai upaya memperkuat komitmen kerja sama di bidang ketenagakerjaan. Forum ini menghadirkan perwakilan pemerintah, pengusaha, dan pekerja/buruh dari kedua negara, serta para pakar guna membahas isu-isu strategis dalam menghadapi perubahan dinamika ketenagakerjaan. Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan, Anwar Sanusi, mewakili Menteri Ketenagakerjaan, Prof. Yassierli, mengungkapkan pentingnya dialog ini sebagai wujud implementasi dari Memorandum of Understanding (MoU) antara Indonesia dan Swiss di bidang ketenagakerjaan. "Forum ini adalah bentuk nyata dari upaya bersama dalam menghadapi tantangan ketenagakerjaan global. Dengan adanya dialog ini, kita bisa bertukar pikiran dan pengalaman untuk merespons dinamika ketenagakerjaan yang berkembang pesat," ujar Anwar Sanusi saat membuka Forum tersebut pada Rabu (13/11/2024) melalui sambungan video. Menurut Anwar Sanusi, tantangan yang dihadapi kedua negara dalam sektor ketenagakerjaan semakin kompleks seiring dengan berkembangnya ekonomi digital, teknologi AI, dan isu-isu lingkungan. Terkait sejumlah tantangan tersebut, Anwar Sanusi menjelaskan bahwa ada 3 isu yang dibahas dalam dialog ini yaitu Platform Economy and Artificial Intelligence (AI), Just Transition, dan Demographic Change. Menurutnya, ketiga topik ini sangat relevan untuk Indonesia dan Swiss karena ketiga isu tersebut relevan terhadap ketenagakerjaan di kedua negara. Terkait ekonomi berbasis platform, misalnya, Anwar Sanusi mengatakan topik ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia. "Sektor transportasi dan jasa pengiriman menjadi contoh bagaimana ekonomi berbasis platform ini sangat penting bagi jutaan orang yang menggantungkan penghidupannya di sana. Namun, kita juga harus berpikir bagaimana memberikan pelindungan bagi para pekerja di sektor ini," katanya. Selain itu, kehadiran AI menjadi isu yang cukup kompleks. Menurutnya, AI dapat meningkatkan produktivitas, tetapi juga berpotensi mengancam beberapa pekerjaan. “Kita perlu kebijakan yang mampu menyeimbangkan antara manfaat teknologi dan perlindungan bagi pekerja," jelasnya. Terkait transisi menuju ekonomi hijau, Anwar menegaskan bahwa pergeseran dari energi fosil ke energi terbarukan harus dilakukan dengan mempertimbangkan nasib para pekerja di sektor energi tradisional. Menurutnya, upaya transisi ini juga harus diiringi dengan program pelatihan dan peningkatan keterampilan. "Kami ingin memastikan bahwa transisi ini berlangsung secara adil. Just Transition ini penting untuk menghindari dampak negatif terhadap pekerja yang selama ini menggantungkan hidupnya di sektor energi fosil," ucap Anwar. Kemudian terkait perubahan demografi, Anwar Sanusi mengatakan bahwa Indonesia yang mulai memasuki bonus demografi, harus memiliki kebijakan yang memastikan pemberdayaan populasi usia produktif tersebut. "Indonesia memiliki kekuatan besar dari sisi demografi, namun kita juga harus memastikan tersedianya lapangan kerja yang layak. Ini bukan tugas mudah, dan tentu saja perlu dukungan dari seluruh pemangku kepentingan," ujarnya.Anwar Sanusi menambahkan, Kemenaker di bawah kepemimpinan Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, akan terus membangun sinergi dan kolaborasi dengan seluruh pihak untuk menghadapi berbagai tantangan ketenagakerjaan saat ini dan masa depan. Oleh karenanya, Ia berharap hasil dari dialog ini akan memberikan dampak positif tidak hanya bagi Indonesia dan Swiss, tetapi juga negara-negara lain yang menghadapi tantangan serupa. Selain itu, dialog tripartit ini pun diharapkan menjadi pijakan penting dalam mempererat hubungan kedua negara, serta membangun pendekatan baru yang lebih inklusif dan responsif terhadap tantangan ketenagakerjaan. "Kita semua menghadapi tantangan yang serupa dalam ketenagakerjaan, dan dengan adanya kolaborasi seperti ini, saya yakin kita bisa mencari solusi yang lebih implementatif dan berdampak luas," kata Anwar menutup sambutannya. Biro Humas Kemnaker